PENDIDIKAN IPA YANG BERORIENTASI PADA PESERTA DIDIK DENGAN WAWASAN LINGKUNGAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangatlah berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari alam sekitar dan prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Namun pembelajaran IPA yang ada di sekolah-sekolah saat ini lebih bersifat teacher-centered. Selain itu, juga lebih menekankan pada model pembelajaran yang berbasis materi dalam buku dengan pendidik sebagai penceramah dan peserta didik hanya sebagai objek yang pasif, bukannya subyek pemecah masalah. Kegiatan belajar mengajar pun selalu dilakukan di dalam kelas sehingga tidak jarang jika peserta didik merasa bosan dengan kegiatan belajar mengajar yang sangat monoton tersebut. Untuk itu, diperlukan suatu model pembelajaran IPA yang lebih menarik dan berorientasi pada peserta didik. Salah satu model pembelajaran IPA yang sebaiknya diterapkan saat ini adalah pembelajaran IPA yang berwawasan lingkungan. Selain mendekatkan peserta didik kepada lingkungan sekitar, juga akan menambah pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi Pendidikan IPA yang berorientasi pada peserta didik?
2. Bagaimana Pendidikan IPA yang berwawasan lingkungan?
BAB II
PEMBAHASAN
Semakin disadari bahwa pendidikan memainkan peranan yang penting di dalam kehidupan dan kemajuan manusia. Pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya jiwanya (akal, rasa, kehendak), sosialnya dan moralitasnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan yang berarti “education” adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Sedangkan menurut Carter V. Good dalam Dwi Siswoyo, dkk (2007: 18) pendidikan adalah (1) keseluruhan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dimana dia hidup; (2) proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan sosial dan kemampuan individu yang optimal.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung sesuai dengan bahan kajian IPA untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. IPA itu sendiri berkaitan dengan cara mencari tahu tentang peristiwa alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Penemuan tersebut merupakan proses untuk menghasilkan suatu pengetahuan yang pasti dari hasil pembelajaran IPA. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
1. Strategi Pendidikan IPA yang berorientasi pada peserta didik
Peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar, peserta didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita dan memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Jadi dalam proses belajar mengajar yang perlu diperhatikan pertama kali adalah peserta didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana cara/metode yang tepat untuk bertindak, alat dan fasilitas apa yang cocok dan mendukung pembelajaran, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan atau karakteristik peserta didik. Itulah sebabnya, peserta didik merupakan subjek belajar.
Sedikit berbeda dengan mata pelajaran yang lain, pada pembelajaran IPA perlu digunakan strategi atau metode pengajaran yang berorientasi pada peserta didik. Pada metode tersebut, peran pendidik bergeser dari menentukan “apa yang akan diajarkan” ke “bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar peserta didik”. Atau dengan kata lain, pendidik dalam proses pendidikan hanya sebagai fasilitator atau mediator saja. Di sini, pendidik tidak menjadi sentral dari proses pembelajaran dengan hanya sekedar memberikan teori yang ada dalam buku saja sebab hal ini cenderung membuat peserta didik malas untuk berpikir secara mandiri. Namun sebaliknya, peserta didik dapat menggali dan mengeksplor pengetahuan itu sendiri. Dengan fasilitas yang diberikan oleh pendidik antara lain dengan menghadirkan contoh nyatanya berupa alat peraga. Jadi, seorang pendidik IPA seharusnya terbiasa memberikan peluang seluas-luasnya agar peserta didik dapat memberi respon atau tanggapan serta mengembangkan potensi berpikir para peserta didik.
Secara khusus, ada beberapa strategi pendidikan IPA yang dapat dilaksanakan oleh pendidik agar berorientasi pada peserta didik antara lain :
a. Pendekatan Inkuiri Pendidikan IPA yang berbasis inkuiri berarti pendidik mengajak peserta didik dalam kegiatan-kegiatan yang akan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik tentang konsep-konsep IPA. Inti dari pendidikan IPA yang berbasis pendekatan inkuiri adalah kemampuan mengajukan pertanyaan dan mengidentifikasi penyelesaian masalah. Karena itu dalam pembelajaran seharusnya pendidik lebih banyak mengajukan pertanyaan open ended dan lebih banyak merangsang diskusi antar peserta didik. Keterampilan bertanya dan mendengarkan secara efektif penting untuk keberhasilan mengajar. Pada saat peserta didik melakukan kegiatan inkuiri pendidik dapat melakukan observasi untuk setiap kinerja peserta didik, seperti presentasi peserta didik di kelas, interaksi dengan teman, pembuatan laporan, penggunaan alat-alat laboratorium.
b. Pendekatan Salingtemas
Untuk mewujudkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat dan lingkungan, pembelajaran IPA sebaiknya dikembangkan dengan pendekatan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat (salingtemas). Dalam proses pembelajarannya, pendidikan IPA tidak hanya mempelajari konsep-konsep tetapi juga memperkenalkan aspek teknologi dan bagaimana teknologi itu berperan di masyarakat serta bagaimana akibatnya pada lingkungan. Dengan mengaitkan serta mengaplikasikan bahan pendidikan IPA ke teknologi dan masyarakat, diharapkan peserta didik dapat menghubungkan materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari, serta perkembangan teknologi dan relevansinya.
Untuk mengenalkan peserta didik terhadap teknologi lingkungan mereka membuat model alat yang berhubungan dengan penanganan bencana alam misalnya banjir atau gempa. Bisa juga dengan berkunjung ke suatu tempat pengolahan limbah industri, atau pendaurulangan sampah rumah tangga.
c. Pendekatan Keterampilan Proses Sains (KPS)
Pendekatan KPS merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses pendidikan IPA yang berupa keterampilan-keterampilan yang dimiliki peserta didik IPA untuk menghasilkan produk IPA. Keterampilan-keterampilan yang dimaksud antara lain:
1). Pengamatan ( observasi) 2). Menafsirkan pengamatan (interpretasi) 3). Mengelompokkan (klasifikasi) 4). Berkomunikasi 5). Berhipotesis 6). Merencanakan percobaan atau penelitian 7). Menerapkan konsep atau prinsip 8). Mengajukan pertanyaan
2. Pendidikan IPA yang berwawasan lingkungan
Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mengajarkan diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Pendidikan berwawasan lingkungan tentunya secara tidak langsung sudah terdapat di dalam kurikulum atau materi di sekolah salah satunya dalam bidang studi IPA. Dengan adanya pembelajaran ini mungkin lebih membawa makna tersendiri bagi peserta didik karena mereka praktik secara langsung di lingkungan dan dapat mencari tahu serta menemukan sendiri fenomena-fenomena alam yang ada di lingkungan. Sehingga para pendidik diharapkan tidak hanya memberi materi dari textbook saja tetapi dapat menghadirkan fenomena alam dalam kelas. Contohnya pendidik membawa alat-alat peraga yang berhubungan dengan tema yang akan dibahas sehingga peserta didik bisa lebih memahami materi yang disampaikan. Selain dengan menghadirkan langsung fenomena alam di dalam kelas, pembelajaran IPA dapat juga dilakukan dengan mengajak peserta didik langsung melakukan eksplorasi lingkungan seperti field trip. Field trip ini bisa dalam bentuk pengenalan lingkungan sekitar misalnya saja pergi ke sawah. Di sawah peserta didik bisa mempelajari semua materi pelajaran yang ada. Misalnya, untuk mempelajari IPA bisa dikenalkan dengan cara perkembangbiakan tanaman.
Model pembelajaran lingkungan ini tidak hanya dengan model seperti di atas. Sekolah dengan media lingkungan terbatas dapat melakukannya dengan pemutaran film atau CD tentang lingkungan, membuat kliping bencana alam, mendaur ulang limbah rumah tangga. Namun yang paling penting, jika pendidik hendak melakukan pembelajaran terpadu dalam IPA, sebaiknya memilih tema yang menghubungkan antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat yang ada di sekitarnya. Dengan mengaitkan serta mengaplikasikan pendidikan IPA ke teknologi dan masyarakat, diharapkan peserta didik dapat menghubungkan materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari, serta perkembangan teknologi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Strategi pendidikan ipa yang berorientasi pada peserta didik dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan inkuiri
b. Pendekatan salingtemas
c. Pendekatan keterampilan proses sains (kps)
2. Pendidikan IPA yang berwawasan lingkungan adalah pendidikan IPA yang dalam proses pembelajarannya selalu melibatkan dan berhubungan dengan lingkungan sekitar, yaitu dengan mengaitkan materi pelajaran dengan fenomena-fenomena yang ada di lingkungan alam secara nyata tidak hanya secara teori dalam buku.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, hal-hal yang dapat disarankan adalah :
1. Dalam pembelajaran IPA hendaknya pendidik mengaitkan materi pelajaran dengan lingkungan sekitar.
2. Hendaknya pendidik mengajak peserta didik untuk mengkaji fenomena-fenomena lingkungan sekitar dengan mengacu pada materi pembelajaran IPA.
3. Pendidik hendaknya melakukan metode pembelajaran dengan praktik secara langsung di samping dengan mengkaji teori.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta : Balai Pustaka.
Siswoyo, Dwi dkk.2007.Ilmu Pendidikan.Yogyakarta:UNY press.
Diambil pada tanggal 25 Februari 2010, dari http://techonly13.wordpress.com/2009/07/09/strategi-pembelajaran-ipa/
Diambil pada tanggal 25 Februari 2010, dari http://indira.student.fkip.uns.ac.id/2010/01/21/review-jurnal/
Diambil pada tanggal 25 Februari 2010, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Peserta_didik
Diambil pada tanggal 25 Februari 2010, dari http://tristiono.wordpress.com/2009/03/16/ilmu-pendidikan-sebagai-ilmu-pengetahuan/
Belum ada Komentar untuk "PENDIDIKAN IPA YANG BERORIENTASI PADA PESERTA DIDIK DENGAN WAWASAN LINGKUNGAN"
Posting Komentar